Ukuran interigasi cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati
Terkembang dalam kata
Terurai dalam amal
Kalau hanya berhenti dalam hati
Itu cinta yang lemah dan tidak berdaya
Kalau hanya berhenti dalam kata,
Itu cinta yang disertai kepalsuan dan tidak nyata
Kalau cinta sudah terurai jadi amal,
Cinta itu sempurna seperti pohon;
Akarnya terhujam dalam hati,
Batangnya tegak dalam kata,
Buahnya menjumbai dalam laku.
Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam
lisan, dan dibuktikan oleh amal.
Cinta berawal dan berakhir pada Allah
Maka cinta pada yang lain hanya upaya menunjukkan cinta
pada-Nya
Pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki:
Selamanya memberi yang bisa kita berikan,
Selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai.
Dalam makna memberi itu posisi kita sangat kuat:
Kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan,
Atau lemah dan melankolik saat kasih kandas karena
takdir-Nya.
Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah
"pekerjaan jiwa" yang besar dan agung yaitu mencintai.
Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta tertolak,
Yang sesungguhnya terjadi hanyalah "kesempatan
memberi" yang lewat.
Hanya itu. Setiap saat kesempatan semacam itu dapat
terulang.
Selama kita memiliki cinta, memiliki "sesuatu"
yang dapat kita berikan,
Maka persoalan penolakan atau ketidaksampaian jadi tidak
relevan.
Ini hanya murni masalah waktu.
Para pencinta sejati selamanya hanya bertanya: "Apakah
yang akan kuberikan?"
Tentang kepada "siapa" sesuatu itu diberikan, itu
menjadi sekunder.
Jadi kita hanya patah atau hancur karena lemah.
Jadi kita hanya patah atau hancur karena lemah.
Kita lemah karena posisi jiwa kita salah.
Seperti ini: kita mencintai seseorang,
Lalu kita menggantungkan harapan kebahagiaan hidup dengan
hidup bersamanya!
Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama,
Itu lantas menjadi sumber kesengsaraan.
Kita menderita bukan karena kita mencintai.
Tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita
Pada kenyataan bahwa orang lain mencintai kita
Karena itu lupakan! lupakan cinta jiwa yang tidak akan
sampai di pelaminan.
Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik.
Semua cinta dari jenis yang tidak berujung dengan penyatuan
fisik
Hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa
Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan
Semua ditata sesederhana mungkin
Mulai dari proses perkenalan,
Pelamaran, hingga mahar dan pesta pernikahan
Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang
ini untuk sampai ke pelaminan
Rasulullah SAW pun bersabda, “Tidak ada yang lebih baik bagi
mereka yang sudah saling jatuh cinta kecuali pernikahan.”
Muhasabah Pena
Keren deh tulisannya.. lanjutkan.... ^_^
BalasHapus