Bagaimana nasib Bangsa Yahudi jika Musa tak diadopsi ‘Aisyiah, istri
Fir’aun? Siapa yang berandil ‘memperkenalkan’ Sumur Zam-Zam kepada kita
jikalau Siti Hajar tak membawa Isma’il berlari-lari hingga lelah? Siapa
yang mengandung ‘Isa hingga ia harus bersembunyi melahirkannya karena
telah dituduh berzina kalau bukan Maryam? Siapa yang pertama beriman dan
masuk Islam setelah Muhammad diangkat sebagai Utusan Allah kalau bukan
istrinya sendiri, Khadijah binti Khuwailid? Siapa pula yang berandil
melahirkan para pembaca kalau bukan ibunya? Mereka semua adalah wanita,
membawa pencerahan kepada umat dari kegelapan nan suram.
Maka kiranya kita sepakat, bahwa wanita memanglah agen perubahan.
Namun perubahan tak selalu baik, maka kita juga patut meneladani para
agen perubahan ini merubah dunia menjadi sangat ingin dilupakan.
Ingatlah siapa yang mendidik anak Nuh menjadi kufur kepada ayahnya!
Ingatlah siapa keluarga Luth yang ikut diadzab Allah saat peristiwa
hujan batu di bumi Sodom dan Gomorah!
Memang peran lelaki kepada
wanita dalam rangka ke jalan mana ia mendidik tidak bisa dikesampingkan.
Namun para pria tetaplah ‘bergantung’ kepada para wanita. Di samping
siapa yang melahirkan dan menyusui, wanita adalah madrasah pertama bagi
anak-anak, penasihat pribadi bagi suaminya, dan orang yang lihai dalam multi-tasking (melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu).
Ada yang bilang, di belakang seorang pria sukses, ada wanita hebat pula
di belakangnya. Tak bisa dipungkiri memang, walau tak selalu benar. Jika
ingin anak yang pintar, ibu yang pandai mengajar adalah kuncinya.
Seorang ibu adalah orang terdekat bagi anaknya saat masih kanak-kanak.
Agar tak lepas kendali saat dewasa, maka lindungilah sejak dini. Siapa
lagi yang berperan melindungi anak jika bukan seorang ibu? Mungkinkah
ayahnya membawa si anak ke tempat kerja setiap hari? Maka dari itu dapat
disimpulkan, kesuksesan seseorang, baik pria maupun wanita, pasti ada
wanita berperan di sana. Ibu yang baik berperan dalam kesuksesan
anaknya. Istri yang telaten, berperan besar bagi kesuksesan suaminya.
Maka janganlah sekali-kali meremehkan wanita. Ingatlah siapa yang
melahirkan, menyusui dan membesarkan kita, itulah sebabnya mengapa
wanita yang menjadi titik kunci, untuk setiap perubahan.
Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam pun datang, membawa
kebenaran bernama Islam. Menebar kedamaian, mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran. Saat turun perintah berhijab[3], para wanita mukmin yang mendengar wahyu dari Allah yang disampaikan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam’
langsung mencari dan menyobek kain di sekitarnya untuk dijadikan hijab.
Benarlah, bukan dikungkung, tapi agar mudah dikenali. Bukan dikekang,
tapi agar lebih dihormati. Bukan cantiknya tak terlihat, justru
cantiknya terpelihara ibarat permata yang dijual di etalase. Tak
sembarang orang bisa memegang, tak sembarang orang bisa meminang. Inilah
bentuk penghargaan Islam atas wanita, makhluk terindah yang pernah
diciptakan Allah azza wa jalla.
Seharusnya dengan turunnya
perintah ini, para wanita bersyukur, bisa bebas kemanapun tanpa khawatir
‘perhiasannya’ dinikmati mata keranjang tak bertanggung jawab.
Keindahannya tetap terjaga, kehalusannya tetap utuh, tidak dirusak terik
matahari, tidak tercemar debu dan kotoran. Maka beruntunglah bagi
kalian yang telah berhijab, surga tinggal beberapa jengkal bagi kalian.
Sepatutnya lelaki mencari istri yang taat kepada Tuhannya. Karena dua
orang yang cinta kepada Allah bila bertemu, tidak akan mengembalikan
permasalahan kecuali kepada Allah semata. Tidak akan ribut
berlarut-larut, karena mereka sadar sedang mengejar ridho Allah SWT.
Maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa peranan wanita didunia ini adalah sebuah jantungnya perubahan, baik perubahan itu kearah kebaikan ataupun sebaliknya.
Tentulah sangat sederhana jika ingin perubahan itu kearah kebaikan, adalah dimana seorang wanita memiliki akidah yang Shahih dimana satu benteng akidah adalah keluarga, keluarga harus benar-benar
kokoh dan tidak bisa ditembus. Jika rapuh, maka rusaklah segala-galanya
dan seluruh anggota keluarga tidak mungkin selamat dunia-akhirat. Dan
faktor penting yang bisa membantu seorang lelaki menjaga kekokohan
benteng rumah tangganya adalah istri shalihah yang berakidah shahih
serta paham betul akan peran dan fungsinya sebagai madrasah bagi calon
pemimpin umat generasi mendatang.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Wanita dinikahi karena
empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan
agamanya. Maka, ambillah wanita yang memiliki agama (wanita shalihah),
kamu akan beruntung.” (Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw. juga
menegaskan, “Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang paling
baik adalah wanita yang shalihah.” (Muslim, Ibnu Majah, dan Nasa’i).
Rizky Priyatna
Muhasabah Pena
Leave a Reply