Tentang Rizky Priyatna

Bapak dan Ibu. Saya harus menyebut beliau berdua jika kita berbincang tentang menulis. Saya yakin, jika Allah berkenan menjadikan tiap huruf yang mengalir dari jemari saya ini sebagai kebaikan, maka kebaikan itu pertama-tama akan menjadi hak mereka.

Mungkin, ini sebuah awalan dimana setiap huruf yang tergambar ini, bukan suatu kebiasaan saya sedari kecil. Karena dulu, saya tidak suka menulis. Melainkan membuat adegan cerita yang dikemas dalam gambar, yang mungkin biasa kita kenal dengan nama komik.

Selepas SMA, saya pernah menyusun kata-kata. Sempat terkemas dalam sebuah buku, namun tidak menjadikan sebuah hal yang istimewa bagi saya, sehingga buku itu pun hilang entah kemana. Dan ada yang menyatakan kalimat-kalimat saya unik, tapi itu artinya tak baku. Tak bisa diterima.

Entahlah, atas dasar apa saya mencoba untuk menulis. Saya hanya mencoba menuangkan apa yang saya ketahui dan saya alami, agar menjadi sebuah museum muhasabah bagi saya pribadi juga orang lain. Sehingga dapat mengambil ibroh dari setiap tinta kehidupan yang tergores didalam blog saya.

Semoga dengan menulis pula, saya bisa menyapa ribuan manusia. Dengan menulis saya bisa bersilaturahim ke pelosok negeri ini; merasa begitu kaya karena banyak saudara yang kemudian menunjukkan kepedulian dengan saran, masukan, kritik, bahkan cerca, dan kecaman. Semuanya memperkaya jiwa; mereka menunjukkan kelebihan maupun kekurangan diri yang takkan saya sadari tanpa respons mereka.

Dengan menulis saya merekam jejak-jejak pemahaman saya; mengikat ilmu, lalu melihatnya kembali untuk—sesekali—menertawakannya. Dan saat saya telah bisa menertawakan kebodohan saya beberapa waktu lalu yang tecermin dari tulisan saya ketika itu, saya jadi tahu, alhamdulillah saya telah mengalami sedikit kemajuan.


sepenuh cinta,

Rizky Priyatna

Leave a Reply